Jumat, 28 Januari 2011

Paura

Alam selalu memberikan segudang perwujudan kemahadahsyatannya. Tak ada yang dapat memprediksikan kapan akan terjadi sesuatu. Bila banjir datang, saat gempa menggetarkan tanah, kala laut seperti ditampi seolah-olah oleh tangan Sang Khalik. Semua membawa kekuatiran sekaligus ketakutan.

Dalam bahasa Italia, ada entri kata "paura". Paura berarti takut. Filosofi positivisme selalu mengagungkan adagium "non ha paura, tutto andra per il meglio" yang berarti jangan takut, semuanya akan menjadi membaik. Memang segala sesuatu apabila ditakutkan, justru ketakutan itu akan mendominasi seluruh indera dan mengikat langkah kita untuk melakukan sesuatu.

Pada dasarnya ketakutan itu merupakan rasa yang perlu ada dalam diri kita. Sebagai auto koreksi dengan perasaan sok berani, meremehkan dan tidak mau mempersiapkan diri dan mungkin mapan dengan situasi yang ada. Dengan mencoba keluar dari zona kenyamanan, termasuk dari rasa ketakutan, niscaya langkah ke depan yang belum pernah terbayangkan akan menuntun kita ke tempat baru dengan tantangan lain.

Seperti yang kita telah jalani, tanpa terasa sudah hampir sebulan memasuki tahun 2011. Tantangan sudah menanti di depan, namun masih ada 11 bulan tersisa untuk kita melangkah dengan optimisme. Bahwa apa yang terjadi hari ini tidak akan berlanjut asalkan kita tetap semangat dan pantang menyerah. Bon courage, mes amis!

Jumat, 10 Desember 2010

Lashon Hara

Memasuki bulan Desember, dunia digemparkan dengan bocornya berita kawat rahasia diplomasi sejumlah negara-negara di dunia. Semua yang tak terungkap itu kini menjadi bacaan publik dan terpampang di situs Wikileaks.

Peta perdiplomasian pun menjadi berubah, dengan poros kekuatan dunia yang dikendalikan  Amerika, sorotan seluruh dunia tertuju tajam seperti kilatan pedang. Bagaimana semua rahasia negara itu dapat menjadi santapan publik seperti mengemil popcorn? Lalu kemana peranan intel tercanggih dan tak tertembusi seperti layaknya penampilan mereka di film....

Semburan informasi kredensial negara itu di situs yang dapat diunduh dan dilihat publik itu bagaikan lidah setan (lashon hara: dalam bahasa  Yahudi). Bila ditandingkan dengan kesahihan dan kesopanan si penguak rahasia  'Julian Assange'  itu, tentunya batasan moralitas akan menunjukkan skala ketidaksopanan...tapi bila ditilik dari etika diplomasi, diam membisu itu penting, sambil terus berupaya menutup situs tersebut agar tidak terus menerus menyemburkan berita...

Mengutip penyair dan pelukis kenamaan Inggris, William Blakes, a truth that's told with bad intent beats all the lies you can invent...(sebuah kebenaran yang diucapkan dengan niat buruk akan mengalahkan seluruh kebohongan yang kita ciptakan) ...Mau kemana arah diplomasi global sekarang ini, semua tergantung lagi pada kejujuran semua negara untuk melihat lashon hara yang terus menyebarkan berita itu.....












Minggu, 14 November 2010

Chinese Spinach

Semua orang pasti pernah membaca komik Popeye The Sailor. Waktu kecil, saya sangat suka lihat komik, karena selain tidak banyak kata-kata, visualisasi gambarnya memikat dan pastinya warna-warni yang mestimulus indera penglihatan dan pikiran untuk mencerna dengan ringan dan kadang membuat saya tertawa  terpingkal-pingkal sendirian....hihihi...


Di dalam komik Popeye, kita pasti juga melihat bagaimana tokoh pelaut berusia 34 tahunan dengan pipa cangklong bak peluit itu mengalami banyak pengalaman supernatural saat melakukan petualangannya menjelajah ke seluruh pelosok dunia. Saat dia mengalami kekalahan saat berkelahi, dia segera memakan bayam dalam kemasan kalengan. Segera saja kekuatannya menjadi sangat luar biasa, yang membuat dirinya kebal terhadap serangan apapun bahkan mampu melakukan hal yang tak terduga. Itulah Popeye yang kuat dengan makan bayam....

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dua jenis bayam dari warna daunnya, bayam hijau dan bayam merah. Apapun warnanya bayam adalah bagus sekali untuk dikonsumsi agar pencernaan lancar. Namun untuk pengobatan, bayam merah dianggap lebih berkhasiat.

Bayam merah terkenal dengan penamaan yang berbeda-beda. Di Jawa, dinamakan bayam glatik, bayem lemag, bayem abrit atau bayem sekul. Di Maluku, terkenal dengan sebutan jawa lufife, tona magaahu atau baya rohiha. Secara internasional, bayam merah dikenal sebagai Chinese Spinach yang mengandung kalium, zat besi, purin dan vitamin (A, B dan C) - senyawa nabati yang penting untuk asupan nutrisi dalam tubuh  Bayam merah dapat meningkatkan kerja ginjal, melancarkan pencernaan dan membersihkan darah sehabis bersalin.  Bahkan akarnya pun dapat digunakan sebagai obat disentri.

Ada resep pengobatan herbal dengan memanfaatkan bayam merah

1. Anemia
Cuci tiga genggam daun bayam merah, tumbuklah sampai halus, tambahkan 1 sdm air jeruk nipis, lalu saring. Tambahkan juga 1 sdm madu dan sebutir telur ayam kampung, aduk sampai semuanya rata tercampur. Minum ramuan tersebut sekali sehari selama seminggu. Lanjutkan pengobatan selama 2x seminggu biar sembuh.

2. Disentri
Cuci 10 batang akar bayam merah sampai bersih. Tumbuk sampai halus. Tambahkan garam sedikit saja, lalu aduk rata dan saring. Minumlah air saringan tersebut. Niscaya, disentri hilang.

3. Memperkuat akar rambut
Selain lidah buaya, bayam merahpun dapat menjadi obat alamiah untuk memperkuat akar rambut. Bila lidah buaya dioleskan pada rambut, bayam merah ini dimanfaatkan dengan meminumya.  Caranya adalah cuci bersih seikat bayam merah segar. Tumbuk hingga halus. Tambahkan garam seujung sendok teh sambil diaduk rata. Peras, saring dan minum. Lakukan meminumnya secara teratur 2 - 3 kali seminggu.

Melihat manfaatnya yang sangat banyak dan dibutuhkan oleh tubuh, selalu sajikan bayam merah ini pada hidangan di meja makan atau kotak makan kita. Tak ayal lagi kita pun dapat sekuat Popeye bukan....

Catatan:
Bagi penderita asam urat yang tinggi dan rematik gout, diharapkan untuk tidak memakan bayam dalam jumlah yang banyak. Ini dikarenakan kandungan purin dalam bayam sangat tinggi. Purin dimetabolisme oleh tubuh secara otomatis menjadi asam urat.










Jumat, 12 November 2010

Jalla! Jalla!

Film, seperti juga musik, merupakan asupan yang baik untuk jiwa yang membutuhkan hiburan dan wawasan. Di setiap negara, muatan budaya dan kearifan lokal setempat terekam jejak dalam media film. Film menjadi saksi sebuah potret realita kehidupan serta permasalahan yang ada dan yang lagi in di masa itu..

Kemarin malam, tanggal 11 Nopember 2010, saya memutuskan untuk ikut nonton dan antri tiket masuk di Festival Film Eropa. Sebuah pagelaran film yang sudah rutin dilaksanakan tahunan  di pusat-pusat budaya  di Jakarta dengan upaya meningkatkan dan memperkenalkan budaya negara-negara Uni Eropa. Tahun ini, fillm-film yang unjuk gigi kebanyakan dari wilayah Balkan, Eropa Timur. Sebuah pencitraan 'rasa' baru buat jiwa yang kerap menyaksikan film-film berbesutan mahakarya sutradara Hollywood, Bollywood, Asia wave  (dengan film Korea, Jepang dan Cina) serta tak mau kalah mentas juga para sineas terbaik di negeri Indonesia. Boleh gak ya diberi nama Indowood? hmhm....

Sebenarnya saya suka sekali hadir untuk melihat film di festival seperti ini. Mengingat jarang sekali kita dapat berkesempatan melihat film berkualitas dan mendapat nominasi terbaik pula di berbagai ajang international dengan un special regard, apalagi bioskop sudah dibombardir dengan film-film Hollywood. 

Dus, film malam itu ternyata berasal dari Swedia dengan judul Jalla! Jalla! (j dibaca y). Sebuah film komedi dengan mengetengahkan dua orang pemuda yang bekerja sebagai pembersih taman kota, yang selalu membersihkan taman atau prasarana kota dari kotoran bebek dan anjing. Kedua tokoh pemuda ini memiliki masalah. Yang satu, memiliki masalah dengan urusan ejakulasi dini dan yang satunya lagi dengan ketakutan memperkenalkan pasangan yang berbeda latar budaya dengan keluarganya yang dari Lebanon.

Bila dikategorikan film komedi, film ini sebenarnya tidak murni komedi. Hanya saja porsi dramanya lebih banyak. Bagaimana kisah akhirnya? Kedua tokoh dapat menemukan cinta sejati dan menyelesaikan masalah hidup yang menggelayuti keduanya sejak dari awal film diputar. A happy ending plot seperti layaknya kebanyakan film sutrada dengan kiblat Hollywood. Pengambilan latar belakang dengan pekerjaan para tokoh, taman dan pertanian memang ditampilkan apa adanya dengan kejelasan gambar yang benar-benar dipresisikan sudut ambil gambarnya. Namun yang memikat saya adalah istilah Jalla! Jalla!

Menyusuri laman di situs Mbah Google, terdapatlah kamus urban untuk mengerti kata itu. Jalla! Jalla! bermakna lekas! Kata ini membumi dan dipakai dalam ungkapan sehari-hari di  Iran dan kebanyakan Eropa Timur, terutama Norwegia. Bila dikilas balik dari asal katanya, pada tahun 1990-an, kata Jalla! ini digunakan oleh para anak remaja usia 13-18 tahun. Karena pengucapannya yang terkesaan lucu, kata ini secara cepat diserap dalam budaya di negara Norwegia. 

Jalla! ini memiliki padanan sinonim dengan kata Allez! dalam bahasa Prancis yang artinya ayo lekas! Ternyata sebuah kata dapat menjadi intrik isu yang oke, mewakili sebuah silang keragaman budaya dan bagaimana bisa meresap ke akar masyarakat di sebuah negara hingga diangkat menjadi judul sebuah film yang memikat. 

Namun, tiba-tiba benak saya berpikir, apa kata Jalla! ini meresap juga ke bahasa percakapan sehari-hari orang Indonesia yang sekarang lagi ngetrend, khususnya di kalangan ABG, iyalah! Bisa jadi juga lho!

Rabu, 03 November 2010

Sommelier

Di suatu pesta para selebritas internasional, Julio Iglesias pernah berujar :  "To sip is fine, but to empty the bottle of wine is a headache".  Sebuah ujaran yang tepat, karena apapun yang diminum atau dimakan secara berlebihan akan memberi dampak tak menyenangkan buat tubuh....

Berbicara mengenai anggur, di luar negeri budaya minum anggur telah begitu membaur erat dalam kehidupan perkulineran mereka. Dimanapun mereka makan, anggur menjadi minuman pilihan. Tidak sembarang anggur yang mereka konsumsi, karena mereka memadu padankan dengan makanan  agar kenikmatan bersantap itu  termunculkan...

Untuk mengetahui ketepatan pilihan anggur dan makanan, profesi sommelier (dieja: sommeliye) / wine steward sangatlah penting di berbagai restoran fine-dining. Sommelier (daripada ribet, kita alihkan saja menjadi pemandu anggur) adalah seorang profesional yang sudah terlatih dan sangat khatam dengan anggur baik cita rasa dan padanannya dengan makanan. Seorang pemandu anggur memberikan masukan kepada pengunjung restoran terhadap pilihan anggur yang tepat untuk menciptakan harmonisasi cita rasa dengan hidangan yang tersaji - apakah perlu disajikan red wine, white wine, rose wine, sparkling wine, sweet wine ataukah fortified wine. Bahkan dia ini harus mengetahui rinci jenis anggur yang akan ditawarkan hingga cara penyimpanan anggur yang terjadwal di gudang restoran tersebut....

Istilah sommelier berasal dari bahasa Prancis. Dilihat dari kajian historis, kata ini mengacu pada sebuah profesi di zaman Prancis Abad Pertengahan. Saat itu, ada petugas yang memiliki pekerjaan khusus untuk menangani urusan transportasi bahan baku, tentunya dengan menggunakan binatang sebagai media bantu. Nah, seiring perkembangan bahasa, makna kata pun berkembang dan sekarang sommelier merujuk pada profesi bukan tukang angkut-kirim bahan baku lagi, melainkan pemandu anggur ....

Karena profesi pemandu anggur ini sangat unik dan membutuhkan suatu standarisasi yang tidak asal-asalan, seseorang yang ingin melakoni profesi tersebut harus memiliki sertifikasi. Dia harus mengikuti kelas pelatihan dan ujian yang biayanya lumayan mahal. Tidak sembarangan orang mampu meraih sertifikasi ini dan pastinya, sertifikasi yang diberikan adalah berstandar internasional yang pengakuannya terbukti di seluruh antero dunia ini...

Bagaimana dengan di Indonesia? Di Indonesia, meminum anggur bukanlah tradisi yang  membumi, karena hal ini menjadi pilihan nurani masing-masing - terkait dengan kepercayaan yang dianut dan budaya masing-masing orang. Ada yang mengatakan anggur bagus untuk kesehatan tubuh, tetapi ada juga yang menyangsikan karena kadar alkoholnya bisa memabukkan....

Catatan:
Anggur merah cocok dipadankan dengan menu daging merah seperti sapi, kambing  dan  lainnya,  sedangkan anggur putih pas menemani santapan menu daging putih seperti ayam, ikan dan lainnya.


 













Senin, 01 November 2010

Teklek

Sudah lama tak memblusuki pasar tradisional menimbulkan kegirangan tersendiri. Meski becek, berhimpitan,  penuh bebauan khas pasar banget, tetapi sensasi itu merangsang setiap syaratku  untuk  mengambil kembali rekaman dari setiap panel memori bawah sadar...

Di pasar tradisional itulah, aku pertama kali menikmati yang  namanya berbelanja bersama mamaku. Menikmati kue cubit, kue mangkok, kue pancong , putu mayang, es cincau, es selendang mayang dan jajanan khas pasar yang tak pernah kutemui kelezatannya di pasar moderen sekarang ini....Ah, waktu itu, pasar bagiku ya seperti supermarket atau hipermarket sekarang ini, cuma saja yang terakhir ini, wajah pasar lebih dipercantik dengan dandanan gedung megah, suasana nyaman dan berudara pendingin, tak ada kesan kumuh serta pilah  pilih barangpun dapat dilakukan sendiri...

Khusus hari minggu kemarin, aku membiarkan kakiku menuntun langkahku untuk memasuki pasar  tradisional Cikini. Suasana hingar bingarnya memang tidak semeriah saat aku memasuki pasar di masa kecilku. Tak sadar, mataku memandangi seorang aki-aki penjual teklek  Teklek adalah sandal kayu khas dengan ornamen karet ban yang direkatkan dengan paku di kedua sisi pilah kayu untuk menahan telapak kaki agar tidak menggelosor ke depan, plus bunyi khasnya yang keteplak keteplok. Nama lainnya adalah terompah kayu, klompen, clogs atau bakiak.

Teklek ini ternyata tak termakan usia dan menjadi saksi bisu sebuah sejarah peradaban manusia. Dilihat dari tinjauan historis, teklek ini menjadi cerminan alas kaki kasta terendah dalam masyarakat alias rakyat jelata di jaman penjajahan. Sepatu saat itu menjadi barang yang super mahal dan tidak semua orang mampu membelinya. Dengan mengenakan teklek, kaki orang menjadi berkurang cideranya dari benda tajam dan pastinya itu menjadi pertanda orijinalitas kaum marjinalitas yang tak ada uang alias kere...

Sekarang teklek pun tak mau kalah saing penampilannya dengan sandal jepit  Teklek sekarang dipercantik dengan aksesori yang lebih gaul dan modis buat pemakainya. Kayunya pun dibuat lebih halus parutannya  dan ringan agar tidak terlalu  berbunyi keras saat mengenai lantai kayu ataupun ubin. Ada juga tipe teklek yang dirancang sebagai sandal refleksi dengan benjolan khusus untuk memijat saraf yang ada di kaki. Selain itu, di acara Agustusan  atau acara kebersamaan apapun, teklek menjadi media bantu pengukur kekompakan  sebuah tim...

Atau bila Anda pernah mengingat film Oshin, teklek itu juga menjadi salah satu properti  yang ikut mensukseskan film tersebut... ya, teklek telah berubah wujud dari generasi ke generasi, tapi aku tetap menyukai yang aslinya dengan penahan dari karet ban. Serasa terseret kembali ke arus putaran waktu  ke masa lalu apabila mengenakannya....

 




 











Kamis, 28 Oktober 2010

Mbah Marijan

Apabila diadakan jajag pendapat mengenai siapa tokoh paling kontroversial bulan ini, saya akan menjawab Mbah Marijan. Bosan dengan  cerita si Gayus mafia pajak, apalagi kisah plesiran anggota DPR yang aji mumpung, plus Bank Century dan sebagainya...lebih enak membaca kisah seribu  satu malam yang membuai tidur dengan mimpi indah dibandingkan kisah negeri ini yang terus meratap dengan kasus tak jelas arah tuntasnya.....

Mengapa saya memilih Mbah Marijan sebagai tokoh kontroversial? Saya melihat  Mbah Marijan  sebagai juru kunci Wedhus Gembel aka Gunung Merapi ini sebagai sosok yang penuh dedikasi dan tanggung jawab tapi koq gak ngeh sama Sang Khalik ya....

Dilihat dari keteladanan terhadap keraton, Mbah Marijan ini tokoh yang patut ditiru. Dia berpegang atas  amanah langsung dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Di sini kita melihat, dia tokoh yang tidak mencla mencle. Bukan asal bapak senang yang sekarang masih saja di-kloning dari satu pemerintah ke pemerintahan selanjutnya. Dia setia pada satu pimpinan dan masa bodoh pimpinan mau berganti. Kesetiaannya sudah dibaktikan dengan dharma menjadi juru kunci (apa dia yang mengunci tuh gunung ya? hmhm) selama 28 tahun sejak menyandang profesinya dari tahun 1970. Sebuah kurun waktu pengabdian yang tidak pendek dan patut diacungin jempol....Sesetia itukah kita pada atasan kita?

Namun dedikasinya dan bakat memahami gejolak derap aktivitas gunung Merapi ini justru terkesan egois. Karena dia merasa dialah yang tahu mengenai kapan gunung itu akan meletus, dia mulai melupakan satu hal yaitu adanya Sang Khalik. Alhasil, tindakan dia untuk tetap nekat tinggal di rumahnya bersama pengikutnya menjadi bumerang untuk beberapa orang yang akhirnya meninggal sia-sia demi mengajaknya mengungsi. Mbah Marijan, kalau saja dirimu berpikir rasional, nyawa orang-orang itu pasti dapat terselamatkan dan masih hidup....

Inilah tokoh fenomenal, yang dipuji karena keberaniannya tapi juga yang ego-maker atas keputusan blunder tanpa memikirkan dampak terhadap orang lain yang juga memujanya.... Selamat jalan Mbah Marijan....i love your bravery but not your careless decision!